Sabtu, 05 November 2011

PEMBELAJARAN KOOPERATIF


A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran  kooperatif  adalah  salah  satu bentuk  pembelajaran  yang berdasarkan  faham  konstruktivis.  Pembelajaran kooperatif  merupakan  strategi belajar  dengan  sejumlah  siswa  sebagai  anggota  kelompok kecil  yang  tingkat kemampuannya  berbeda. Dalam menyelesaikan  tugas kelompoknya,  setiap  siswa anggota  kelompok  harus saling bekerja  sama  dan  saling  membantu  untuk memahami  materi  pelajaran.  Dalam  pembelajaran kooperatif,  belajar  dikatakan belum  selesai jika  salah  satu  teman  dalam  kelompok  belum menguasai  bahan pelajaran.
Unsur-unsur  dasar  dalam  pembelajaran  kooperatif menurut Lungdren, (Priyono, 1996: 79). adalah  sebagai berikut:
a.     Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
b.    Para  siswa  harus memiliki  tanggung jawab  terhadap  siswa  atau  peserta didik lain  dalam  kelompoknya,  selain  tanggung jawab  terhadap diri  sendiri  dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.     Para  siswa  harus  berpandangan bahwa mereka  semua memiliki tujuan  yang sama.
d.    Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
e.     Para  siswa  diberikan  satu  evaluasi  atau penghargaan  yang  akan  ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f.     Para  siswa  berbagi  kepemimpinan  sementara  mereka  memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.    Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, (Priyono, 1996: 83), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur  interaksi  sosial  pada  pembelajaran  sains.  Di  dalam  pembelajaran kooperatif  siswa  belajar  bersama  dalam  kelompok-kelompok  kecil  yang  saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah  terdiri dari  campuran kemampuan siswa,  jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan  teman yang berbeda latar belakangnya. Pada  pembelajaran kooperatif  diajarkan keterampilan-keterampilan  khusus agar  dapat  bekerja  sama  dengan  baik  di  dalam  kelompoknya,  seperti  menjadi pendengar  yang  baik,  siswa  diberi lembar  kegiatan  yang  berisi  pertanyaan  atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.


2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa  ciri  dari  pembelajaran  kooepratif  menurut Carin (Dalyono, 2008: 79) adalah; 
a.    setiap  anggota memiliki peran,
b.    terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
c.    setiap anggota  kelompok bertanggung  jawab  atas  belajarnya  dan  juga  teman-teman sekelompoknya,
d.   guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal  kelompok, 
e.    guru  hanya  berinteraksi  dengan kelompok  saat diperlukan
Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penilaian dibagi menjadi tiga bagian yaitu; penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran  kooperatif  menggunakan  tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.  Penghargaan kelompok  diperoleh  jika kelompok  mencapai  skor  di  atas  kriteria  yang  ditentukan.  Keberhasilan kelompok didasarkan  pada  penampilan  individu  sebagai  anggota  kelompok dalam menciptakan  hubungan  antar  personal yang  saling mendukung,  saling membantu, dan saling peduli.
b. Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok  tergantung  dari  pembelajaran  individu  dari  semua anggota  kelompok.  Pertanggung jawaban  tersebut  menitik beratkan  pada aktivitas  anggota  kelompok  yang  saling  membantu dalam  belajar.  Adanya pertanggungjawaban  secara  individu  juga  menjadikan  setiap  anggota  siap untuk menghadapi  tes  dan  tugas-tugas  lainnya  secara mandiri  tanpa  bantuan teman sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran  kooperatif menggunakan metode  skoring  yang mencakup nilai perkembangan  berdasarkan  peningkatan  prestasi  yang  diperoleh  siswa  dari yang  terdahulu. Dengan menggunakan metode  skoring  ini  setiap  siswa  baik yang  berprestasi  rendah,  sedang,  atau  tinggi  sama-sama  memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan  orang  lain.  Sedangkan  tujuan  dari  pembelajaran kooperatif  adalah menciptakan  situasi  di  mana  keberhasilan  individu ditentukan  atau  dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model  pembelajaran  kooperatif  dikembangkan untuk  mencapai  stidak-tidaknya  tiga  tujuan  pembelajaran penting  yang dirangkum  oleh  Ibrahim,  et  al. (Dalyono, 2008: 86), yaitu:


a. Hasil belajar akademik
Belajar  kooperatif  meskipun  mencakup beragam  tujuan  sosial,  juga memperbaiki  prestasi  siswa  atau  tugas-tugas  akademis  penting  lainnya. Beberapa ahli  berpendapat  bahwa model ini  unggul  dalam membantu  siswa memahami  konsep-konsep  sulit.  Para  pengembang  model ini  telah menunjukkan bahwa  model  struktur  penghargaan  kooperatif  telah dapatmeningkatkan nilai  siswa  pada  belajar  akademik  dan perubahan  norma yang berhubungan  dengan  hasil  belajar.  Di  samping  mengubah  norma  yang berhubungan  dengan  hasil  belajar,  pembelajaran kooperatif  dapat  memberi keuntungan baik  pada  siswa  kelompok  bawah maupun  kelompok  atas  yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan  ketidakmampuannya.  Pembelajaran  kooperatif  memberi  peluang  bagi siswa  dari  berbagai latar  belakang  dan kondisi  untuk  bekerja  dengan  saling bergantung  pada  tugas-tugas  akademik  dan  melalui  struktur  penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan  penting ketiga  pembelajaran kooperatif  adalah, mengajarkan kepada siswa  keterampilan  bekerja  sama  dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,  penting  dimiliki  oleh  siswa  sebab  saat  ini  banyak  anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
4. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif  tidak hanya mempelajari materi saja,  tetapi siswa atau  peserta  didik  juga  harus  mempelajari  keterampilan-keterampilan khusus  yang  disebut  keterampilan kooperatif.  Keterampilan kooperatif  ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat  dibangun  dengan membangun  tugas  anggota  kelompok  selama  kegiatan. Menurut Lungdren (Priyono, 1996: 137) keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain;
a.  Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
1. Menggunakan kesepakatan
Yang  dimaksud dengan  menggunakan kesepakatan  adalah menyamakan pendapat  yang  berguna  untuk  meningkatkan  hubungan  kerja  dalam kelompok.
2. Menghargai kontribusi
Menghargai  berarti  memperhatikan  atau  mengenal  apa  yang  dapat dikatakan  atau dikerjakan anggota  lain. Hal  ini berarti harus selalu setuju dengan  anggota  lain,  dapat  saja  kritik  yang diberikan  itu  ditujukan terhadap ide dan tidak individu.



3. Mengambil giliran dan berbagi tugas
Pengertian  ini mengandung  arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan  dan bersedia  mengemban tugas / tanggung jawab  tertentu dalam kelompok. 
4. Berada dalam kelompok
Maksud di sini adalah setiap anggota  tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
5.  Berada dalam tugas 
 Yang  dimaksud  berada  dalam  tugas  adalah  meneruskan  tugas  yang menjadi tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
6. Mendorong partisipasi
 Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
7. Mengundang orang lain
Maksudnya adalah meminta orang  lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
8. Menyelesaikan tugas dalam waktunya
9  Menghormati perbedaan individu
Menghormati perbedaan  individu  berarti  bersikap menghormati  terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya dengan berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Trianto (2010: 87). Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi  Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :
1.    Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2.    Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3.    Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.    Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1.    Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 
2.    Melatih untuk berdisiplin.
3.    Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4.    Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Selain dampak kelebihan yang telah di dapat pula beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1.    Mematikan kreatifitas siswa karena siswa hanya mengisi lembar word square yang telah di tentukan oleh guru.
2.    Siswa tinggal menerima bahan mentah. Semua telah di persiapkan oleh guru, siswa tinggal mengerjakan lembar word square.
3.    Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya karena siswa di tuntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing.
Model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreatifitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat.
C. Kooperatif Tipe Scramble
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi, kominukasi, dan sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Model belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari atas 4–5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau persentasi. Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang di sajikan dalam bentuk kartu. Sintaknya adalah:

1.      Buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar.
2.      Buat kartu jawaban dengan di acak nomornya.
3.      Sajikan materi.
4.      Bagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban.
5.      Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal.
6.      Siswa mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.”
Menurut Slavin (Trianto, 2003: 87), pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Wikandari, 2000: 25).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak­tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Pendapat setara menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara manusia. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif‑konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur, 2000:15). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar