A.
Model Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling
bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi
pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah
satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Unsur-unsur
dasar dalam pembelajaran
kooperatif menurut Lungdren, (Priyono, 1996: 79). adalah sebagai berikut:
a. Para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
b. Para siswa
harus memiliki tanggung jawab terhadap
siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi
yang dihadapi.
c. Para siswa
harus berpandangan bahwa
mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para
siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
e. Para siswa
diberikan satu evaluasi
atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa
berbagi kepemimpinan sementara
mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar.
g. Setiap
siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, (Priyono, 1996: 83), pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur
interaksi sosial pada
pembelajaran sains. Di
dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil
yang saling membantu satu sama
lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari
campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan
dan bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya. Pada pembelajaran
kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja
sama dengan baik
di dalam kelompoknya,
seperti menjadi pendengar yang
baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan.
2.
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri
dari pembelajaran kooepratif
menurut Carin (Dalyono, 2008: 79) adalah;
a. setiap anggota memiliki peran,
b. terjadi
hubungan interaksi langsung di antara siswa,
c. setiap
anggota kelompok bertanggung jawab
atas belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya,
d. guru
membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,
e. guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam penilaian dibagi menjadi tiga bagian yaitu; penghargaan kelompok,
pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran
kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok
mencapai skor di
atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu
sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
b. Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung
dari pembelajaran individu
dari semua anggota kelompok.
Pertanggung jawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota
kelompok yang saling
membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan
setiap anggota siap untuk menghadapi tes
dan tugas-tugas lainnya
secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode
skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan
prestasi yang diperoleh
siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring
ini setiap siswa
baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan
untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan
kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan
tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
di mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
stidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yang
dirangkum oleh Ibrahim,
et al. (Dalyono, 2008: 86),
yaitu:
a. Hasil
belajar akademik
Belajar
kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi
siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan
bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapatmeningkatkan nilai siswa
pada belajar akademik
dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan
penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah, mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial,
penting dimiliki oleh
siswa sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial.
4.
Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta
didik juga harus
mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat
dibangun dengan membangun tugas
anggota kelompok selama
kegiatan. Menurut Lungdren (Priyono, 1996: 137) keterampilan-keterampilan
selama kooperatif tersebut antara lain;
a.
Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
1.
Menggunakan kesepakatan
Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang
berguna untuk meningkatkan
hubungan kerja dalam kelompok.
2. Menghargai kontribusi
Menghargai berarti
memperhatikan atau mengenal
apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal
ini berarti harus selalu setuju dengan
anggota lain, dapat
saja kritik yang diberikan itu
ditujukan terhadap ide dan tidak individu.
3. Mengambil giliran dan berbagi tugas
Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia
menggantikan dan bersedia mengemban tugas / tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
4. Berada dalam kelompok
Maksud
di sini adalah setiap anggota tetap
dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
5. Berada
dalam tugas
Yang
dimaksud berada dalam
tugas adalah meneruskan
tugas yang menjadi
tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang
dibutuhkan.
6. Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi berarti mendorong semua
anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
7. Mengundang orang lain
Maksudnya
adalah meminta orang lain untuk
berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
8.
Menyelesaikan tugas dalam waktunya
9 Menghormati perbedaan individu
Menghormati
perbedaan individu berarti
bersikap menghormati terhadap
budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
B.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word
Square
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari
metode ceramah. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah
yang diperkaya dengan berorientasi kepada keaktifan
siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Trianto (2010: 87). Model
Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh.
Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru
dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa
namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari
sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara
guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah
lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari
jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word
Square adalah sebagai berikut :
1.
Guru
menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru
membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3.
Siswa
menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.
Berikan poin
setiap jawaban dalam kotak.
Beberapa
kelebihan dari model pembelajaran Word
Square yaitu:
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3.
Dapat
melatih sikap teliti dan kritis.
4.
Merangsang
siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu
sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih
ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja.
Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban
mana yang paling tepat.
Selain dampak kelebihan yang telah di dapat pula beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan kreatifitas siswa karena siswa hanya mengisi lembar word square yang telah di tentukan oleh
guru.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah. Semua telah di persiapkan oleh
guru, siswa tinggal mengerjakan lembar word
square.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau
potensi yang dimilikinya karena siswa di tuntut untuk mencari jawaban bukan
untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing.
Model pembelajaran ini siswa tidak
dapat mengembangkan kreatifitas
masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan
jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak
dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model
pembelajaran word square maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran word
square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar
kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang
ada dengan tepat.
C. Kooperatif Tipe Scramble
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang
lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa
senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara
kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih berinteraksi, kominukasi, dan sosialisasi karena kooperatif adalah
miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
Model belajar yang menekankan
belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama
menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan
yang optimal baik kelompok maupun individual.
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari atas
4–5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau persentasi. Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang di sajikan dalam
bentuk kartu. Sintaknya adalah:
1.
Buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar.
2.
Buat kartu jawaban dengan di acak nomornya.
3.
Sajikan materi.
4.
Bagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban.
5.
Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal.
6.
Siswa mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
Eggen dan Kauchak (1993: 319)
mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar
yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh
karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.”
Menurut Slavin (Trianto,
2003: 87), pembelajaran kooperatif,
merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki
kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu
pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling
membantu dalam belajar (Wikandari, 2000: 25).
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan penting pembelajaran,
yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Pendapat setara menyebutkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang
agak kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial,
dan hubungan antara manusia. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan
teori belajar kognitif‑konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur,
2000:15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar