Jumat, 21 Oktober 2011

Imam Hadi

THE DICK AND CAREY SYSTEMS APPROACH MODEL FOR DESIGNING INSTRUCTION

Rancangan Desain Instruksional sebuah produk tentang rencana Instruksional yang berisi perencanaan instruksional (blue print) untuk pengembangan  bahan instruksional dan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Hasil dari rancangan desain Instruksional berupa bahan Instruksional dan media serta material Instruksional. Tahapan yang digunakan merancang desain Instruksional yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses.
Untuk merancang desain Instruksional model dick carey mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Ada sepuluh langkah dasar dalam mengembangkan desain Instruksional menurut dick and carey. Berikut ini adalah bagan instruksi model Dick and Carey.

A. MENGENAL TUJUAN INSTRUKSIONAL (Identify Instructional Goal(s))
Mungkin hal yang paling kritis dalam proses desain Instruksional adalah mengidentifikasi tujuan Instruksional. Pada perancangan desain Instruksional yang sistematika merekomendasikan untuk menggunakan pendekatan teknologi kinerja, di mana tujuan Instruksional didasarkan pada analisis kinerja, penilaian kebutuhan dari permasalahan yang ada.
Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performance Analysis,  Need Assessment, Job Analysis,  Practical experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new instruction.
1.   Analisis Kinerja (Performance Analysis)
Performance Analysis (Analisa Unjuk Kerja) adalah sebuah analisa tentang kemampuan unjuk yang bertujuan untuk memperoleh informasi dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah dan solusinya.
2.   Penilaian Kebutuhan (Need Assessment)
Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau mengkaji antara harapan dan kenyataan. Ada tiga komponen dalam logika penilaian kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu standar atau tujuan yang disebut sebagai status yang diinginkan.
3.    Analisis Pekerjaan (Job Analysis)
Job Analysis (Analisa pekerjaan) adalah sebuah proses pengumpulan, menganalisis, dan mensintesis deskripsi tentang apa yang dilakukan orang dalam pekerjaan mereka. Proses analisis pekerjaan dimulai menginventarisir pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pekerjaan, kemudian digolongkan dalam kategori tugas-tugas yang memerlukan solusi dengan menggunakan Instruksional.
4.    Memperjelas Tujuan Instruksional (Clarifying Instructional Goals)
Pada proses mengumpulkan informasi tujuan terkadang terdapat beberapa pernyataan tujuan yang samar atau tidak jelas tujuan. Sering muncul tujuan yang sulit diukur seperti mengandung kata “menghargai”, memiliki kesadaran dan seterusnya.
5.    Pembelajar, Lingkungan dan Alat  (Learner, Context and Tools)
Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Instruksional adalah deskripsi dari apa yang pelajar akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat yang akan tersedia.
6.  Kriteria dalam Menetapkan Tujuan Instruksional (Criteria for Establishing Instructional Goals)
Kadang-kadang proses penetapan tujuan yang tidak sepenuhnya rasional, yaitu tidak mengikuti proses penilaian kebutuhan sistematis. Faktor lain misalnya pertimbangan politik dan ekonomi serta teknis atau yang akademis.

B. MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL (Conduct Instructional Analysis)
Analisis Instruksional merupakan langkah kedua dari desain Instruksional model dick and carey. Tujuan utama dari analisis Instruksional adalah menentukan komponen utama dari tujuan Instruksional serta mengidentifikasi keterampilan bawahan dari setiap langkah untuk mencapai tujuan Instruksional tersebut. Komponen utama dari tujuan Instruksional berisi langkah-langkah yang pebelajar harus mampu lakukan untuk mencapai tujuan Instruksional.
Secara umum analisis Instruksional ada dua langkah, yaitu analisis tujuan (goal analysis) dan analisis keterampilan bawahan (subordinat skill analysis). Sebuah Analisis Tujuan adalah suatu analisis untuk menghasilkan langkah-langkah utama dalam mencapai tujuan pembelajaran dan Analisis Keterampilan Bawahan adalah sebuah analisis keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk mencapai tujuan sampai pada keterampilan paling dasar (paling murni) serta ditentukannya sebuah garis entry behaviors.
Langkah utama adalah langkah-langkah keterampilan yang diperlukan oleh pembelajar untuk dapat menguasai tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan adalah keterampilan yang secara sendiri mungkin tidak penting tetapi secara keseluruhan sebagai merupakan keterampilan-keterampilan yang secara berurutan untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi atau keterampilan super-ordinat. Garis perilaku masukan (entry behavior) adalah garis yang menjadi batas antara keterampilan yang akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai oleh pebelajar sebelum melakukan pembelajaran.

C. MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN LINGKUNGAN (Analyze Learner and Context)
Kenyataan di lapangan banyak ditemui adanya ketidakcocokan antara Instruksional dengan kemampuan pebelajar, dengan lingkungan tempat belajar dan dengan lingkungan setelah pembelajar menggunakan keterampilan. Oleh karena itu perancang tidak hanya menganalisis dan menentukan apa yang akan diajarkan, tetapi juga menganalisis karakteristik dari peserta didik, konteks di mana belajar akan dilakukan, dan konteks di mana keterampilan pada akhirnya akan digunakan. Untuk keperluan ini kita melakukan analisis pembelajar dan analisis konteks.
Alasan lain bagi perancang untuk menganalisis pembelajar dan konteks adalah bahwa analisis ini tidak dapat dilakukan dalam satu kantor. Desainer harus berbicara dengan pembelajar, instruktur, dan manajer; mereka harus mengunjungi ruang kelas, fasilitas pelatihan, dan peserta didik tempat kerja untuk menentukan keadaan di mana peserta didik akan mendapatkan dan menggunakan keterampilan baru mereka.
Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang dilakukan, yaitu analisis pembelajar, analisis konteks performansi dan analisis konteks learning.
1. Menganalisis Pembelajar (Analyze Learner)
Sebelum kita membahas analisis pembelajar, baik kita tahu dulu siapa pembelajar dalam desain yang akan dibuat. Pembelajar disini kadang disebut sebagai populasi target atau kelompok sasaran. Kita akan mengacu pada pebelajar ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai Instruksional secara tepat.
Informasi yang berguna yang akan didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan awal tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4). Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang disukai, (7). Sikap terhadap pengelolana pemberian Instruksional, dan (8). Karakteristik kelompok. Paragraf berikut akan membahas secara lengkap informasi tersebut.
2. Analisis Konteks Performansi (Analysis of Performance Context)
Analisis Kontek Performasi adalah analisa untuk mengetahui lingkungan pebelajar dimana  akan menerapkan keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat.
3. Analisis Konteks Pembelajaran (Analysis of Learning Environment)
Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya lokasi yang dihadiri oleh seorang klien.

D. MERUMUSKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL (Write Instructional Goal )
Komponen yang paling terkenal dalam model desain pembelajaran adalah menulis tujuan performansi, atau sering disebut dengan behavioral objectives (tujuan perilaku). Robert Mager (1962). Tujuan penulisan tujuan performansi adalah untuk  menjawab pernyataan  tentang kemampuan apa yang  akan dilakukan  pebelajar ketika mengikuti dan  menyelesaikan  proses pembelajaran.
Ketika guru dilatih untuk merumuskan tujuan intruksional khusus, terhadap dua kesulitan utama yang dihadapi ketika proses mendefinisikan tujuan tidak termasuk dalam komponen yang integral pada model desain pembelajaran. Pertama, tanpa sebuah model yang jelas para guru menemui kesulitan untuk menentukan bagaimana memperoleh tujuan pembelajaran. Kedua, mungkin lebih sebagai kritikan adalah apa yang dilakukan dengan tujuan tersebut setelah ditulis oleh para guru.

E. MENGEMBANGKAN INSTRUMENT PENILAIAN (Develop Assessment Instruments)
Konsep baru dalam pengukuran  proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (learned-centered) adalah penilaian yang berpusat pada pembelajar (learner-centered assessment ). Definisi learner-centered assessment sejajar dengan definisi tradisional test acuan patokan, sebagai element inti dari pembelajaran yang didesain secara sistematis. Tipe test ini penting untuk mengevaluasi perkembangan pebelajar dan kualitas pembelajaran. Hasil dari tes acuan patokan memberikan indikasi instuktur seberapa baik pebelajar mampu mencapai setiap tujuan pembelajaran, dan mengindikasikan komponen mana dari pembelajaran yang bisa berjalan dengan baik, dan komponen mana yang perlu direvisi.
Pengembangan tes muncul di point ini dan bukannya di setelah pembelajaran karena tes harus sesuai dengan tujuan performance. Performance yang ingin dicapai dalam tujuan harus sesuai dengan performance yang ingin dicapai dalam tes atau penugasan. Penilaian acuan patokan terbentuk dari item-item atau tugas-tugas performance yang langsung mengukur ketrampilan yang dideskripsikan dalam satu atau lebih tujuan performance.
1. Empat Tipe Tes yang dapat digunakan.
a.  Entry behaviors test
Tes ini diberikan kepada pebelajar sebelum memulai pembelajaran. Tes ini berguna untuk mengukur  ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah dikuasai sebelum pembelajaran dimulai.
b. Pretest
Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah pebelajar sudah menguasai beberapa atau semua ketrampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua ketrampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran.
c.  Practice test
Tujuan tes ini adalah untuk membuat pebelajar lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Tes ini memungkinkan pebelajar untuk menampilkan pengetahuan dan ketrampilan baru dan untuk refleksi diri sampai level berapa ketrampilan dan pengetahuan mereka.
d.  Posttest
Tes ini paralel dengan pretes. Sama dengan pretes, posttest mengukur tujuan pembelajaran. Postest harus menilai semua objektif dan terutama fokus pada objektif terakhir.
2. Mendesain Tes
Pertimbangan pertama adalah menyesuaikan bidang pelajaran dengan item atau tipe tugas penilaian. Verbal information biasanya di tes dengan objectif tes. Tes bentuk objektif meliputi format seperti jawaban singkat, jawaban alternatif, mencocokkan, dan pilihan ganda. Biasanya tidak ada cara langsung untuk mengukur tingkah laku seseorang. Penilaian ranah psikomotor biasanya dilakukan dengan mendemonstrasikan tugas.
3. Menentukan Level Penguasaan
Peneliti yang meneliti sistem penguasaan pelajaran menyarankan bahwa penguasaan equivalent dengan level keberhasilan yang diharapkan dari pebelajar yang terbaik. Metode untuk menentukan level penguasaan menggunakan acuan norma.
4. Menulis Item Tes
Ada empat kategori tes yang berkualitas, yaitu:
a.   Berpusat pada Tujuan (Goal-Centered Criteria)
Soal tes dan penugasan harus sesuai dengan tujuan utama pembelajaran. Soal dan penugasan harus sesuai dengan perilaku termasuk konsep dan action. Untuk menyesuaikan jawaban soal tes dengan perilaku yang diharapkan dalam tujuan, desainer harus mempertimbangkan tugas belajar atau kata kerja yang ditunjukkan dalam tujuan.
b.  Berpusat pada Pebelajar (Learner-Centered Criteria)
Tes item dan penilaian tugas harus disesuaikan dengan kharakteristik dan kebutuhan siswa, meliputi kosa kata, bahasa, tingkat kompleksitas tugas, motivasi siswa, dan tingkat ketertarikan siswa, pengalaman siswa, dan latar belakang siswa serta kebutuhan khusus siswa.
c.  Berpusat pada Kontek (Context-Centered Criteria)
Dalam membuat tes item dan penilaian tugas, desainer harus mempertimbangkan seting kinerja dan juga lingkungan belajar atau lingkungan kelas.
d.  Berpusat pada Penilaian (Assessment-Centered Criteria)
Siswa akan merasa cemas selama assessment, penyusunan tes item dan penilaian tugas yang baik dapat menghilangkan rasa cemas siswa.

F. MENGEMBANGKAN SIASAT PEMBELAJARAN (Develop Instructional Strategy )
Kegiatan instruksional yang dilakukan para pengajar beraneka ragam. Ada pengajar yang memulai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang mulai dengan memberikan penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang melanjutkan dengan kegiatan menjawab pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program lain.
1. Menyeleksi Sistem Penyampaian
Sistem penyampaian merupakan bagian dari strategi pembelajaran, sistem penyampaian juga merupakan asumsi bahwa desainer terlibat dalam pengembangan strategi pembelajaran.
2. Menyusun Isi Materi dan Mengelompokkan Pembelajaran
a. Merangkai Isi
Langkah pertama dalam mengembangkan siasat pembelajaran adalah mengidentifikasi rangkaian pembelajaran dan pengaturan isi. Hal ini bisa mulai dari level skill yang paling bawah yaitu skill yang tepat di atas garis entri behavior kemudian naik terus mengikuti hierarki sampai ke yang paling tinggi.
b. Pengelompokkan Pembelajaran
Satu rangkaian yang besar adalah pendekatan program pembelajaran linear yang cenderung merubah semua informasi ke dalam unit-unit kecil dan meminta respon terus menerus dari pembelajar, aktivitas dasar, atau anda ingin menampilkan informasi tersebut ke dalam bentuk beberapa tujuan terlebih dahulu pada berbagai aktivitas pebelajar. Anda harus mempertimbangkan 5 faktor dalam menentukan jumlah informasi yang akan ditampilkan (atau ukuran ‘kelompok’), yaitu :
·  Level usia pebelajar
·  Kompleksitas materi
·  Jenis-jenis pembelajaran
·  Variasi aktivitas.
·  Jumlah waktu tersedia.
3. Komponen Belajar dalam Siasat Pembelajaran
Konsep dasar dalam strategi pembelajaran adalah peristiwa pembelajaran yang dideskripsikan dalam condition of learning Gagne (1970). Dalam pandangan psikologi kognitif ada 9 event yang menghadirkan efektivitas mengajar eksternal yang mendukung mental proses pembelajaran internal, yaitu : Memperoleh perhatian, Menginformasikan tujuan pembelajaran, Menstimulasi ingatan dan prasyarat pembelajaran, Menampilkan materi-materi, Menyediakan bimbingan pembelajaran, Menimbulkan performa, Memberikan feed back, Menilai kinerja, Memperkaya ingatan dan mentransfer.
4. Komponen Belajar Untuk Pebelajar Dengan Level Kemampuan Dengan Kedewasaan yang Berbeda.
Aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah mengingat bahwa komponen belajar itu ditujukan untuk memandu proses intelektual pembelajar melalui aktivitas dan mental yang membantu pembelajaran. Idealnya adalah semua pembelajar harus mampu mengatur proses intelektual mereka seperti menjadi pebelajar yang mandiri.

G. MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH MATERIAL PEMBELAJARAN
( Develop and Select Instructional Material )
Dalam menyusun desain pengembangan materi pembelajaran sangat penting, karena pencapaian tujuan yang di tetapkan terinci pada materi pembelajaran. Meskipun begitu tidak berarti mengesampingkan unsur-unsur lainnya termasuk siswa, metode, maupun penilaian. Oleh karena itu pengembangan bahan pembelajaran sebaiknya melibatkan pusat sumber belajar baik yang didesain maupun yang tidak didesain. Sehingga sebagai desainer bahan pembelajaran jangan tergantung pada buku teks saja tetapi memanfaatkan sumber bahan pembelajaran. Disadari atau tidak kondisi sekarang kurang memperhatikan pengembangan bahan pembelajaran secara baik, kadang seorang guru mengajar didepan kelas berbicara sesuai apa yang diingat saat itu tanpa ada perencanaan dalam pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran perlu dilakukan mulai penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Pada titik ini dalam proses desain instruksional, sebuah sistem pengiriman ditentukan dan strategi pengajaran telah dikembangkan, termasuk pengelompokan dan pengurutan, komponen pembelajaran, pengelompokan siswa, dan tentatif pilihan media. ada 3 faktor cara pemilihan media yaitu: (1) ketersediaan bahan pembelajaran yang ada, (2) dapat di implementasikan dan diproduksi, (3) memberi kemudahan pada instruktur

H. MERANCANG DAN MELAKUKAN EVALUASI FORMATIF PEMBELAJARAN  ( Desigingn and Conducting Formative Evaluations )
Evaluasi formatif adalah pengumpulan data dan informasi selama pengembangan instruksi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas instruksi. Evaluasi formatif awalnya digunakan sebagai proses untuk meningkatkan instruksi setelah draft pertama pengajaran dikembangkan. Desainer berpengalaman, bagaimanapun, menemukan bahwa lebih baik untuk mencoba komponen awal dari proses desain, sehingga menghindari banyak masalah yang akan tidak dapat ditemukan sampai setelah rancangan instruksi itu selesai.
Evaluasi formatif adalah proses perancangan untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk meninjau kembali instruksi agar lebih efisien dan efektif. Penekanan dalam evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis dan revisi dari instruksi.
Ada tiga fase dasar evaluasi formatif. Yang pertama adalah evaluasi perorangan, evaluasi kelompok kecil dan uji lapangan. Sebelum ini dilaksanakan didahului oleh tinjauan ulang dari ahli yang tidak terlibat tidak langsung tetapi mempunyai keahlian yang relevan.
1. Merancang Evaluasi Formatif
Kerangka acuan apa yang dapat Anda gunakan untuk merancang evaluasi formatif. Dengan mengingat bahwa tujuan evaluasi formatif adalah untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan tertentu dalam bahan-bahan untuk mengoreksi mereka, termasuk desain evaluasi instrumen, prosedur, dan kebutuhan personil untuk menghasilkan informasi tentang lokasi dan alasan untuk setiap masalah.
Ada lima bidang pertanyaan yang digunakan untuk mengevaluasi bahan.
     1)  Apakah bahan sudah sesuai untuk jenis hasil belajar yang diharapkan?
     2)  Apakah bahan sudah memadai termasuk instruksi pada bawahan keterampilan?
     3)  Apakah bahan sudah jelas dan mudah dipahami ?
     4)  Berapakah nilai motivasi material untuk peserta didik ?
     5)  Bahan-bahan yang dapat dikelola secara efisien dengan cara mereka dimediasi?
2. Peranan Tenaga Ahli dalam Evaluasi Formatif
Selain adanya data evaluasi dari pembelajar perlu juga melihat analisi dari seorang ahli.  Ketika draf desain selesai terkadang desain tidak bisa melihat permasalahan yang ada. Resensi atau pendapat dari tenaga ahli perlu dipertimbangkan untuk perbaikan dan perubahan pada draf pertama desain.
3. Evaluasi Perorangan
Tujuan evaluasi formatif perorangan adalah untuk mengidentifikasi dan menghapus kesalahan yang mencolok dalam pengajaran. Evaluasi ini melibatkan 3 atau lebih peserta didik yang berinteraksi langsung dengan desainer. Ada tiga kriteria utama dan dalam evaluasi perorangan ini yaitu : Kejelasan,  Dampak   dan Kelayakan            .
4. Evaluasi Kelompok Kecil
Ada dua tujuan dalam evaluasi kelompok kecil. Pertama effektivitas perubahan dan Identifikasi masalah yang masih tersisa setelah evaluasi perorangan. Kedua untuk menentukan apakah pelajar dapat menggunakan instruksi tanpa berinteraksi dengan instruktur.
5. Evaluasi Uji Lapangan
Evaluasi uji lapangan menggunakan konteks belajar yang mirip dengan sasaran yang akan digunakan. Tujuan uji lapangan untuk efektivitas perubahan pada evaluasi kelompok kecil dan instruksi dapa digunakan pada kontek belajar yang sebenarnya.

I. MEREVISI PEMBELAJARAN (Revisi Instructional)
Pada hampir semua model desain instruksional, akan ditemukan penekanan utama pada konsep evaluasi formatif, yaitu pada pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah dan merevisi bahan pengajaran. Model desain pembelajaran sering menunjukkan bahwa setelah data yang telah dikumpulkan dan diringkas, harus direvisi material pembelajarannya agar lebih “tepat.”
Ada dua jenis dasar revisi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan material pembelajaran. Yang pertama adalah perubahan yang dibuat dengan isi atau substansi bahan untuk membuat mereka lebih akurat atau lebih efektif sebagai sarana belajar.
Ada banyak cara yang berbeda di mana data yang dikumpulkan dalam suatu evaluasi formatif dapat dirangkum untuk menunjukkan daerah kesulitan belajar dan kemungkinan revisi. Metode-metode yang kita gambarkan di sini adalah hanya saran. Kita akan melihat dulu apa yang dapat Anda lakukan dengan data dan informasi dari evaluasi formatif satu-ke-satu, dan kemudian mempertimbangkan kelompok kecil dan fase uji-lapangan.
1. Menganalisis Data Dari Uji Coba Satu-satu
Dari uji satu-satu masih dirasakan sangat sedikit data yang diperoleh, karena informasi yang biasanya tersedia hanya dari tiga sampai lima pelajar. Karena pelajar ini dipilih berdasarkan keragaman, informasi yang mereka berikan akan, dalam dalam bentuk berbagai kemungkinan, akan sangat berbeda, bukan menyatu dengan beberapa jenis kelompok rata-rata. Perancang memiliki lima jenis informasi dasar yang tersedia yaitu :
1.      Perilaku masukan dan karakteristik pebelajar,
2.      tanggapan langsung terhadap instruksi,
3.      waktu belajar,
4.      posttest kinerja, dan
5.      tanggapan terhadap sikap kuesioner.
Langkah pertama adalah untuk menggambarkan para pembelajar yang berpartisipasi dalam uji satu-satu dan untuk menunjukkan kinerja mereka pada setiap entri-perilaku tindakan. Selanjutnya, perancang harus membawa bersama semua komentar dan saran tentang pembelajaran. Hal ini juga memungkinkan untuk menyertakan komentar dari ahli materi, dan setiap alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pelajar selama uji satu-satu.
Hasil Pengembangan
Revisi terhadap semua langkah pada desain Dick and Carey adalah sebagai berikut :
-          Langkah  Analisis Pembelajaran
Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden  menyatakan  langkah analisis  pembelajaran yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.
-          Langkah Analisis  Pembelajaran dan Kontek
Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden  menyatakan  langkah analisis pembelajaran dan konteks yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.
-          Langkah Menulis Tujuan Performansi
Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden  menyatakan  langkah Menulis tujuan performansi  yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.
-          Langkah Pengembangan  Instrumen  Penilaian
Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden  menyatakan  langkah Pengembangan  Instrumen  Penilaian yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.
-          Langkah  Pengembangan Strategi  Pembelajaran
Pada langkah pengembangan strategi pembelajaran  bagian yang  di revisi adalah: Media pembelajaran baru menggunakan laptop dan LCD.
-          Langkah Pengembangan dan Pemilihan Material Pembelajaran
Pada langkah Pengembangan dan Pemilihan  Material pembelajaran  bagian yang  di revisi adalah:Isi Material  direvisi dengan mencari dan menambahkan  materi dari berbagai sumber belajar.
-          Langkah  Mendesain  tes Evaluasi Formatif
Pada langkah Mendesain  tes Evaluasi Formatif bagian yang  di revisi adalah:
1.      Instrumen penilaian perlu ditambah soal soal yang menyangkut aspek kognitif.
2.      Instrumen untuk penilaian untuk tes unjuk kerja/ tes praktik

J. Merancang dan Melakukan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct Summative Evaluations )
Evaluasi formatif merupakan  proses pengumpulan data dan informasi dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Sedangkan  Evaluasi Sumatif adalah proses pengumpulan data dan informasi dalam rangka untuk membuat keputusan tentang perolehan tujuan pembelajar yang telah dirancang .
Penilaian formatif dilaksanakan sebagai suatu proses yang bersifat membangun tanpa mengandung keputusan. Evaluasi sumatif  didefinisikan sebagai desain studi evaluasi dan pengumpulan data untuk memverifikasi efektivitas bahan pengajaran dengan target pelajar. Tujuan utamanya adalah untuk menentukan digunakan atau tidak bahan pengajaran di lingkungan sekitar dan mengadopsi bahan yang berpotensi untuk kebutuhan instruksional
Evaluasi sumatif memiliki dua fase utama: penilaian ahli dan uji coba lapangan. Tujuan dari tahap penilaian ahli untuk menentukan apakah digunakan instruksi atau instruksi lainnya yang memiliki potensi untuk kebutuhan instruksional. Tujuan dari tahap uji coba lapangan untuk mendokumentasikan efektivitas pengajaran yang menjanjikan dengan anggota kelompok sasaran dalam pengaturan dimaksud. Analisis dan keputusan yang harus dibuat selama setiap tahap.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap penilaian ahli adalah (l) mengevaluasi kesesuaian antara kebutuhan instruksional pengajaran, (2) mengevaluasi kelengkapan dan ketepatan pengajaran, (3) mengevaluasi strategi instruksional yang terkandung dalam pengajaran, (4) mengevaluasi utilitas dari instruksi, dan (5) menentukan kepuasaan pembelajaran.
Keputusan ahli dari Evaluasi Sumatif
1.      Analisis kesesuaian
2.      Analisis kontan
3.      Analisis Desain
4.      Analisis Kelayakan