1.
Jelaskan
arti filsafat, dan ilmu filsafat?
Jawaban:
a. Arti Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam Bahasa Indonesia merupakan
kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani;
Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan
berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia =
“kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan” atau “ilmu” (wikipedia.wiki/Portal:Filsafat). Kata filosofi yang
dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini
lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut “filsuf”. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar (Meliono: 2007).
Definisi kata filsafat di atas maka dapat di dikatakan
merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan
bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis. ini didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa
dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah
ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat
filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity
‘ketertarikan’.
Dari
pemaparan di atas maka dapat di simpulkan bahwa filsafat merupakan sebuah problem falsafi
pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang
mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis ,
mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
b. Filsafat Ilmu
Ilmu
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi
manusia secara kritis refleksif, integral, radikal, logis, sistematis,
dan universal (kesemestaan). Fenomena
tersebut dapat diarahkan dengan melihat tema besar pada ilmu filsafat, yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dengan demikian fenomena tersebut sangat
berkaitan dengan ketiga tema ilmu filsafat.
Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets of questions: First, the questions that
science – physical, biological, social, behavioral –. Second, the questions
about why the sciences cannot answer the first lot of questions”. Dikatakan
bahwa filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan pertama
adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan yang
kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab pada
persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang
senantiasa dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan
bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam
kajian dan diskusi ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab
oleh filsafat dan yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan
telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut sebuah system
pengetahuan yang di dalamnya terdapat hubungan relasional antara, pengetahu
/yang mengetahui (the Knower) dan yang terketahui /yang diketahui (the known)
dan juga antara pengamat (the observer) dengan yang diamati (the observed).
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan
filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan
keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah
ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum
dalam literatur kajian Filsafat Ilmu.
Robert Ackerman
“philosophy of science in one aspect as a
critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but
such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual
scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian
itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari
praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck “Philosophy
of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries
to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole.
(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan).
Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature
of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and
its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang
pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
Dari pemaparan di atas maka sya simpulkan bahwa
filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan
(science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam
menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis. ,secara epistemologis dan
tinjauan ilmu secara aksiologis.
2. Bedakan antara objek material dan objek formal
filsafat, dan berikan contoh sehingga semakin jelas bedanya?
Jawaban:
a. Objek Material
Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas
sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan
sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu.
Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala
manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica.
Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti
gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran”
(versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas”
(versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan
dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan
menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan
menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.
Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan
teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat
dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Auguste Comte (dalam Sudrajat, 2008) mendasarkan
klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan berdasarkan
perbedaan objek material, yaitu:
§
Ilmu pasti/matematika
§
Ilmu falak/astronomi
§
Ilmu fisika
§
Ilmu kimia
§
Ilmu hayat/biologi, dan
§
Sosiologi.
b. Objek Formal
Aristoteles
(dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal.
Ia membedakan antara ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak pada
tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri,
ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi atau
asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan metafisika.
Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran
bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia, dan politika.Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan
menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di
antaranya, yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan
pemanfaatannya, sedangkan poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu,
termasuk alat yang akan digunakan untuk penerapan.
Berdasarkan
taraf abstraksinya ilmu teoritis dibagi menjadi tiga jenis. Taraf pertama,
abstraksi dilakukan terhadap individualitas gejala atau kenyataan sehingga
ketika berbicara tentang rumah dan manusia, yang tinggal hanya rumah atau
manusia pada umumnya. Abstraksi pada taraf kedua meninggalkan kuantitas serta
menimbulkan matematika yang mencakup geometri (ilmu ukur), serta aritmatika
(ilmu hitung). Abstraksi pada taraf ketiga menghasilkan sesuatu yang tidak bermateri
(immaterialitas) yang dipelajari dalam metafisika. Kenyataan itu ditinjau dari
sudut universalitas, kuantitas, dan immaterialitas yang berarti berdasarkan
objek formal.Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas
obyek material, yang khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang
kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan
efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut
pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal
usul, struktur, metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu
bagi manusia.
c. Contoh
perbedaan Objek Material dan Objek Formal Filsafat
1)
Pada Objek Material dalam ilmu matematika yaitu tentang bilangan,
2)
Sedangkan Objek Formal yaitu penggunaan dari lambang bilangan untuk penghitungan dan
pengukuran.
Filsafat membahas
bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan bilangan
sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri. Objek
material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu
sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan
cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga bilangan kompleks.
Sebagai objek formal
filsafat, bilangan dikaji hakikat atau esensinya. Pengkajian filsafat tentang
bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari bilangan itu, bagaimana
merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi riil atau nyata, bagaimana
penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau pengukuran.
3. Jelaskan hubungan ilmu dengan filsafat, berikan contoh
konkrit?
Jawaban:
Sebelum
saya menjelaskan tentang bagaimana hubungan antara ilmu dengan filsafat agar
ada kejelasan harus tahu apa itu yang dinamakan dengan ilmu dan apa yang dinamakan
filsafa.
a. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dasar dari
kata ini adalah pengetahuan. Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa
Indonesia sering disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris. Kata
science itu sendiri memang bukan bahasa Asli Inggris, tetapi merupakan serapan
dari bahasa Latin, Scio, scire yang arti dasarnya pengetahuan. Ada juga yang
menyebutkan bahwa science berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan.
Scientia bersumber dari bahasa Latin Scire yang artinya mengetahui.
Terlepas dari berbagai perbedaan asal kata, tetapi
jika benar ilmu disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris, maka
pengertiannya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dipakai dalam bahasa
Indonesia, kata dasarnya adalah “tahu”. Secara umum pengertian dari kata
“tahu” ini menandakan adanya suatu pengetahuan yang didasarkan atas
pengalaman dan pemahaman tertentu yang dimiliki oleh seseorang. M. Quraish
Shihab. berpendapat bahwa ilmu berasal dari bahasa Arab, ilm. Arti dasar dari
kata ini adalah kejelasan. Karena itu, segala bentuk kata yang terambil dari
kata ‘ilm seperti kata ‘alm (bendera), ‘ulmat (bibir sumbing), ‘alam
(gunung-gunung) dana ‘alamat mengandung objek pengetahuan. Ilmu dengan demikian
dapat diartikan sebagai pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.
Athur Thomson mendefinisikan ilmu sebagai pelukisan
fakta-fakta, pengalaman secara lengkap dan konsisten meski dalam perwujudan istilah
yang sangat sederhana. S. Hornby mengartikan ilmu sebagai: Science is organized knowledge obtained by observation and testing of
fact (ilmu adalah susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian dan percobaan dari fakta-fakta. Kamus bahasa Indonesia,
menerjemahkan ilmu sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu pula. Kamu ini juga menerangkan bahwa ilmu dapat
diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir
dan bathin.
b. Pengertian Filsafat
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata,
philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos
berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan
hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila
seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang
cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.
Pada
awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagai kemahiran dan kecakapan
dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Dalam perkembangan
selanjutnya, makna dari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk
kecakapan di bidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagi kepada
jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran
murni. Sofia dalam arti yang terakhir ini, kemudian dirumuskan oleh Pythagoras
bahwa hanya Dzat Maha Tinggi (Allah) yang mampu melakukannya. Oleh karena itu,
manusia hanya dapat sampai pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras
menyatakan: “cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan
berusaha untuk mencapainya.
Harun
Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur
katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan.
Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan
yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika
ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih
memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti
sebagai “Himbauan kepada kebijaksanaan”.10
Koento Wibisono dkk. (1997)
menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of
knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan
filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan
pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu:
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Hal ini didukung oleh Israel
Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu
mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu.Dengan demikian maka saya simpulkan bahwa antara ilmu dan filsafat
ada persamaan dan perbedaannya. Perbedaannya ilmu bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat
priori kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak
mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena filsafat
bersifat spekulatif.
Di samping
adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu
sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas
untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan
bagaimana menjawab pelukisan fakta, sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan
lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu dari mana awalnya dan akan ke mana
akhirnya.
c. Contoh Konkrit
Pada ilmu pengetahuan sesuatu objek dapat di katakan ilmu apabila
telah dilakukan penelitian pengujian kebenaran seperti kebenaran bahwa bumi
mengitari matahari, sesungguhnya matahari lah yang menjadi pusat tatasurya.
Sedangkan pada filsafat ini para filsuf hanya menduga-duga yang
belum teruji kebenaran suatu objek, contohnya pada jaman dahulu para filsuf
berfilsafat bahwa bumi adalah pusat tatasurya dan matahari mengitari bumi.
Pendapat tersebut belum teruji kebenarannya. Maka dengan adanya ilmu
pengetahuan terbsebut di buktikan bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata
surya dan bumi mengitari matahari.
4. Jelaskan hakekat manusia menurut vitalisme, dualisme,
strukturalisme, dan postmodernisme?
a. Manusia menurut
vitalisme
Aliran vitalisme, beberapa
pandangan aliran ini dalam memandang hakikat segala sesuatu antara lain:
1)
dalam perspektif biologi, pengertian vitalisme adalah suatu
paham yang menganggap bahwa fenomena hidup hakikatnya sama seperti fenomena
organisme. Sedangkan dalam perspektif metafisika, vitalisme berarti suatu
aliran yang memandang bahwa hidup baik dalam diri manusia maupun organisme
adalah kenyataan yang sebenarnya;
2)
materi yang tidak hidup adalah bentuk atau hasil dari pada
hidup; dan
3)
paham vitalisme mempunyai pengaruh terhadap filsafat
eksistensialisme.
b. Manusia menurut dualisme
Aliran ini menggangap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri
dari dua subtansi, yaitu jasmani dan rohani. Keduanya subtansi ini
masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak bersal dari ruh dan tidak bersal dari badan. Perwujudannya
manusia tidak serba dua, jasad dan ruh antara badan dan ruh terjadi sebab
akibat yang mana keduanya saling mempengaruhi
c. Manusia menueut struktrukturalisme
·
Menempatkan struktur (sistem) bahasa dan
budaya sebagai kekuatan yang mempengaruhi perilaku manusia, bahkan kesadaran
manusia. Keberadaan manusia seperti huruf dalam kata/ istilah. Jika ada munusia
yang unik secara 100% maka tidak ada orang yang mampu memahmi perkataan ataupun
perbuatannya selain dirinya sendiri
d. Manusia menurut postmodernisme
Dekontruksi nilai dan pemahaman. Menolak dominasi
sistem tunggal atas sistem jamak (plural), menjunjung tinggi pluralitas. Menolak
“aku/ ego” yang unik dan mandiri, karena selalu hidup didalam dan ditentukan
oleh sejarah serta situasi sosial, budaya yang mengungkungnya.
5.
Jelaskan kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
sampai tahap filsafat ilmu?
Jawaban:
Proses kelahiran dan perkembangan
ilmu pengetahuan melalui beberapa periode jaman. Setiap periode jaman yang
dilaluinya menggambarkan peradaban. Diawali oleh orang-orang Yunani Kuno di
abad ke-6 SM, filsafat sebagai manifestasi ilmu pengetahuan, lahir dengan corak
mitologis. Melalui mitologi itulah diterangkan segala yang ada. Setelah ada
gerakan demitologisasi yang dilakukan oleh para filsuf alam dijaman pra
Sokrates, filsafat setapak demi setapak mencapai puncak perkembangannya melalui
pemikiran ”trio filsuf besar” yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles di abad
ke-3 SM yang secara rasional mempertanyakan segala yang ada dan yang mungkin
ada. Filsafat yang semula identik dengan mitologi sejak saat itu berubah
menjadi ilmu pengetahuan yang meliputi segala macam ilmu menurut pengertian
kita sekarang ini.
Sejarah filsafat Yunani Kuno berakhir di abad ke-6 M. Perkembangan
selanjutnya, di abad pertengahan, diawali oleh filsafat Patristik dan
dilanjutkan oleh filsafat Skolastik yang berlangsung hingga abad ke-14 menunjukkan
bagaimana filsafat menjadi satu dan manunggal dengan agama (Kristiani). Pada
abad pertengahan dikenal pula filsuf Arab seperti Alkindi, Al Farabi, Ibn Sina,
Ibn Rosjd dan Al Gazali yang menterjemahkan karya Aristoteles dan membawanya ke
Cordova untuk selanjutnya berkembang di dunia barat.
Didahului oleh gerakan Renaissance (abad ke-14 akhir) dan dilanjutkan
oleh gerakan Aufklaerung (abad ke-18) filsafat barat memasuki tahap modern.
Gerakan renaissance adalah gerakan yang didukung oleh satu cita-cita lahirnya
manusia bebas. Sedangkan gerakan Aufklaerung adalah gerakan yang sangat
mengagungkan kemampuan dan peranan akal. Gebrakan dari 2 gerakan ini memberikan
implikasi mengembalikan otonomi manusia dan kebudayaannya di satu pihak dan
mengarahkan kehidupan manusia menuju sekularisasi. Agama yang semula manunggal
dengan filsafat, telah ditinggalkan oleh filsafat dan masing-masing otonom
berdiri sendiri.
6.
a. Jelaskan bidang kajian filsafat ilmu? b. Bagaimana peran dan fungsi filsafat ilmu terhadap ilmu khusus, dan
sebaliknya. Bagaimana pula hubungannya dengan bidang ilmu yang anda pelajari di
prodi TEP?
Jawaban:
a. Bidang Kajian Filsafat Ilmu
Pemisahan ilmu-ilmu
pengetahuan (cabang) dari filsafat ini diawali dengan kebangkitan ilmu-ilmu pengetahuan
fisik dengan tokoh-tokohnya Copernicus, Vesalius, dan Isaac Newton. Metode yang
digunakan oleh ilmu alam ini, merupakan metode yang digunakan juga dalam ilmu
sosial yang muncul pada abad ke-18. Perkembangan ilmu sosial dengan gaya
tersebut, mencapai bentuknya secara definitif dengan tampilnya Auguste Comte.
Comte mengajarkan bahwa cara berfikir manusia akan mencapai tahap positif
setelah melewati tahap teologis dan metafisik. Dari pengalaman ontologis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
perkembangan ilmu akan mencerminkan tingkat peradaban manusia atau proses
perkembangan ilmu memanifestasikan proses perkembangan peradaban. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini
merupakan pilar utama bangunan filsafat.
Epistemologi: merupakan cabang
filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia
yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan
kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya
adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah.
Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang
& mapan, sistematis & logis.
Ontologi: adalah cabang filsafat
mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita
ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi
terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah
gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.
Aksiologis: adalah cabang filsafat
yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis,
merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle
John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah
dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti
tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk
teorinya. ”Metatori adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang
berkembang sejak 1970 –an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan
perkembangan paradigma sosial.
Membahas hal-hal seperti
bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh
manakah eksistensinya (ontologi)
perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi
kehidupan sosial. Pembahasan; Berita infotainment
dalam kajian filosofis. Kajian ini akan meneropong lingkup persoalan di
dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah bahasan dari keilmuan komunikasi,
yang telah mengalami degradasi bias tertentu dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam
penyajian berita infotainment di
televisi.
b. Peran
dan Fungsi Ilmu Filsafat Terhadap Ilmu Khusus
Bidang pengetahuan yang ketiga setelah filsafat dan ilmu yang
berkembang sejak zaman Yunani kuno ialah matematika. Oleh karena tergolong
rumpun pengetahuan teoritis yang sama, sudah barang tentu matematika mempunyai
hubungan yang cukup erat dengan kedua bidang pengetahuan yang terdahulu itu.
Matematika sejak dahulu menjadi pendorong bagi perkembangan filsafat. J.B.
Burnet misalnya menyatakan bahwa perkembangan filsafat Yunani bergantung pada
kemajuan penemuan ilmiah khususnya matematika lebih daripada sesuatu hal
lainnya (B. Burnet, Greek philosophy, 1943).
Seorang ilmuwan astronomi terkenal yang berbicara tentang kaitan
matematika dengan filsafat ialah Galileo. Ucapannya yang tekenal itu berbunyi
demikian, “ filasafat ditulis dalam buku besar ini, jagad raya yang terus
menerus terbentang terbuka bagi pengamatan kita. Tetapi, buku itu tidak dapat
dimengerti jika seseorang tidak terlebih dahulu belajar memahami bahas dan
membaca huruf-huruf yang dipakai untuk menyusunnya. Buku itu ditulis dalam
bahasa matematika. Sejak permulaan hingga dewasa ini filsafat dan metematika
terus menerus saling mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematika
dan sebaliknya metematika juga memacu pertumbuhan filsafat.
Perbincangan-perbincangan paradoks yang dikemukakan oleh filsuf Zeno misalnya
telah mendorong lahirnya konsep-konsep matematika.
Sejak zaman kuno hingga abad XXI ini, filsafat dan matematika berkembang
terus-menerus melalui pemikiran tokoh-tokoh yang sekaligus merupakan seorang
filsuf juga ahli matematika seperti misalnya Descartes, Gottfried Wilhelm von
Leibinz, Auguste Comte, Whitehead dan
Bertrand Russell. Kaitan erat antara matematika dengan ilmu-ilmu modern kiranya
tidak perlu doipersoalkan lagi. Pada abad XVII metematik menjadi perintis dari
bagian yang terpenting dari ilmu alam. Newton membongkar12 rahasia alam dengan
mempergunakan matematika. Pada dewasa ini banyak ahli matematika dan ilmuwan
alam menyatakan bahwa matematika adalah bahasa ilmu.
c. Hubungan Filsafat Ilmu
dengan Teknologi Pembelajaran
Hubungan filsafat dengan program study yang saya pelajari ialah
bagaimana kita berfikir untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran tentang teknologi-teknologi
yang telah ada maupun menciptakan teknologi terbaru dalam dunia pendidikan
khususnya pembelajaran guna mempermudahkan siswa atau peserta didik dalam
memahami, mengerti satu materi dalam belajar. dari pemaparan di atas di
paparkan bahwa hubungan sangat erat. Karena dengan berfilsafat maka pola fikir
seseorang makin berkembang dalam kemajuan untuk mempermudah dalam pembelajaran
yang selama ini di anggap sukar oleh tenaga pendidik pada umumnya. Dengan
berfilsafat dan mengembangkan ilmu teknologi pembelajaran ini di harapkan dapat
menjawab permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya
dan Kalimantan Barat pada Khususnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar