Sabtu, 05 November 2011

MID FILSAFAT ILMU (TEP UNTAN 2011)


1.      Jelaskan arti filsafat, dan ilmu filsafat?
Jawaban:
a. Arti Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam Bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu” (wikipedia.wiki/Portal:Filsafat). Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar (Meliono: 2007).
Definisi kata filsafat di atas maka dapat di dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’.
Dari pemaparan di atas maka dapat di simpulkan bahwa filsafat merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
b.    Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksif, integral, radikal, logis, sistematis, dan universal (kesemestaan). Fenomena tersebut dapat diarahkan dengan melihat tema besar pada ilmu filsafat, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dengan demikian fenomena tersebut sangat berkaitan dengan ketiga tema ilmu filsafat.
Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets of questions: First, the questions that science – physical, biological, social, behavioral –. Second, the questions about why the sciences cannot answer the first lot of questions”. Dikatakan bahwa filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan pertama adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab pada persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang senantiasa dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut sebuah system pengetahuan yang di dalamnya terdapat hubungan relasional antara, pengetahu /yang mengetahui (the Knower) dan yang terketahui /yang diketahui (the known) dan juga antara pengamat (the observer) dengan yang diamati (the observed).
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam literatur kajian Filsafat Ilmu.
 Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan).
Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
Dari pemaparan di atas maka sya simpulkan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis. ,secara epistemologis dan tinjauan ilmu secara aksiologis. 

2.      Bedakan antara objek material dan objek formal filsafat, dan berikan contoh sehingga semakin jelas bedanya?
Jawaban:
a. Objek Material
Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran” (versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas” (versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Auguste Comte (dalam Sudrajat, 2008) mendasarkan klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:
§   Ilmu pasti/matematika
§   Ilmu falak/astronomi
§   Ilmu fisika
§   Ilmu kimia
§   Ilmu hayat/biologi, dan
§   Sosiologi.
b. Objek Formal
Aristoteles (dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak pada tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia, dan politika.Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di antaranya, yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan pemanfaatannya, sedangkan poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu, termasuk alat yang akan digunakan untuk penerapan.
Berdasarkan taraf abstraksinya ilmu teoritis dibagi menjadi tiga jenis. Taraf pertama, abstraksi dilakukan terhadap individualitas gejala atau kenyataan sehingga ketika berbicara tentang rumah dan manusia, yang tinggal hanya rumah atau manusia pada umumnya. Abstraksi pada taraf kedua meninggalkan kuantitas serta menimbulkan matematika yang mencakup geometri (ilmu ukur), serta aritmatika (ilmu hitung). Abstraksi pada taraf ketiga menghasilkan sesuatu yang tidak bermateri (immaterialitas) yang dipelajari dalam metafisika. Kenyataan itu ditinjau dari sudut universalitas, kuantitas, dan immaterialitas yang berarti berdasarkan objek formal.Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
c. Contoh perbedaan Objek Material dan Objek Formal Filsafat
1)        Pada Objek Material dalam ilmu matematika yaitu tentang bilangan,
2)        Sedangkan Objek Formal yaitu penggunaan dari lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran.
Filsafat membahas bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri. Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga bilangan kompleks.
Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat atau esensinya. Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari bilangan itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi riil atau nyata, bagaimana penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau pengukuran.

3.      Jelaskan hubungan ilmu dengan filsafat, berikan contoh konkrit?
Jawaban:
Sebelum saya menjelaskan tentang bagaimana hubungan antara ilmu dengan filsafat agar ada kejelasan harus tahu apa itu yang dinamakan dengan ilmu dan apa yang dinamakan filsafa.
a.  Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dasar dari kata ini adalah pengetahuan. Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa Indonesia sering disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris. Kata science itu sendiri memang bukan bahasa Asli Inggris, tetapi merupakan serapan dari bahasa Latin, Scio, scire yang arti dasarnya pengetahuan. Ada juga yang menyebutkan bahwa science berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan. Scientia bersumber dari bahasa Latin Scire yang artinya mengetahui.
Terlepas dari berbagai perbedaan asal kata, tetapi jika benar ilmu disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris, maka pengertiannya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dipakai dalam bahasa Indonesia, kata dasarnya adalah “tahu”. Secara umum pengertian dari kata “tahu”  ini menandakan adanya suatu pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman dan pemahaman tertentu yang dimiliki oleh seseorang. M. Quraish Shihab. berpendapat bahwa ilmu berasal dari bahasa Arab, ilm. Arti dasar dari kata ini adalah kejelasan. Karena itu, segala bentuk kata yang terambil dari kata ‘ilm seperti kata ‘alm (bendera), ‘ulmat (bibir sumbing), ‘alam (gunung-gunung) dana ‘alamat mengandung objek pengetahuan. Ilmu dengan demikian dapat diartikan sebagai pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.
Athur Thomson mendefinisikan ilmu sebagai pelukisan fakta-fakta, pengalaman secara lengkap dan konsisten meski dalam perwujudan istilah yang sangat sederhana. S. Hornby mengartikan ilmu sebagai: Science is organized knowledge obtained by observation and testing of fact (ilmu adalah susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta. Kamus bahasa Indonesia, menerjemahkan ilmu sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula. Kamu ini juga menerangkan bahwa ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir dan bathin.
b.  Pengertian Filsafat 
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.
Pada awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Dalam perkembangan selanjutnya, makna dari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk kecakapan di bidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagi kepada jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran murni. Sofia dalam arti yang terakhir ini, kemudian dirumuskan oleh Pythagoras bahwa hanya Dzat Maha Tinggi (Allah) yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, manusia hanya dapat sampai pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras menyatakan: “cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya.
Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepada kebijaksanaan”.10
Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.Dengan demikian maka saya simpulkan bahwa antara ilmu dan filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Perbedaannya ilmu bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat priori kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena filsafat bersifat spekulatif.
Di samping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta, sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya.
       c.  Contoh Konkrit
Pada ilmu pengetahuan sesuatu objek dapat di katakan ilmu apabila telah dilakukan penelitian pengujian kebenaran seperti kebenaran bahwa bumi mengitari matahari, sesungguhnya matahari lah yang menjadi pusat tatasurya.
Sedangkan pada filsafat ini para filsuf hanya menduga-duga yang belum teruji kebenaran suatu objek, contohnya pada jaman dahulu para filsuf berfilsafat bahwa bumi adalah pusat tatasurya dan matahari mengitari bumi. Pendapat tersebut belum teruji kebenarannya. Maka dengan adanya ilmu pengetahuan terbsebut di buktikan bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata surya dan bumi mengitari matahari.

4.     Jelaskan hakekat manusia menurut vitalisme, dualisme, strukturalisme, dan postmodernisme?
a.    Manusia menurut vitalisme
 Aliran vitalisme, beberapa pandangan aliran ini dalam memandang hakikat segala sesuatu antara lain:
1)        dalam perspektif biologi, pengertian vitalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa fenomena hidup hakikatnya sama seperti fenomena organisme. Sedangkan dalam perspektif metafisika, vitalisme berarti suatu aliran yang memandang bahwa hidup baik dalam diri manusia maupun organisme adalah kenyataan yang sebenarnya;
2)        materi yang tidak hidup adalah bentuk atau hasil dari pada hidup; dan
3)        paham vitalisme mempunyai pengaruh terhadap filsafat eksistensialisme.
b. Manusia menurut dualisme
Aliran ini menggangap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua subtansi, yaitu jasmani dan rohani. Keduanya subtansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak bersal dari ruh dan tidak bersal dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasad dan ruh antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya saling mempengaruhi
c.  Manusia menueut struktrukturalisme
·            Menempatkan struktur (sistem) bahasa dan budaya sebagai kekuatan yang mempengaruhi perilaku manusia, bahkan kesadaran manusia. Keberadaan manusia seperti huruf dalam kata/ istilah. Jika ada munusia yang unik secara 100% maka tidak ada orang yang mampu memahmi perkataan ataupun perbuatannya selain dirinya sendiri
d.  Manusia menurut postmodernisme
Dekontruksi nilai dan pemahaman. Menolak dominasi sistem tunggal atas sistem jamak (plural), menjunjung tinggi pluralitas. Menolak “aku/ ego” yang unik dan mandiri, karena selalu hidup didalam dan ditentukan oleh sejarah serta situasi sosial, budaya yang mengungkungnya.
  
5.      Jelaskan kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga sampai tahap filsafat ilmu?
Jawaban:
 Proses kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan melalui beberapa periode jaman. Setiap periode jaman yang dilaluinya menggambarkan peradaban. Diawali oleh orang-orang Yunani Kuno di abad ke-6 SM, filsafat sebagai manifestasi ilmu pengetahuan, lahir dengan corak mitologis. Melalui mitologi itulah diterangkan segala yang ada. Setelah ada gerakan demitologisasi yang dilakukan oleh para filsuf alam dijaman pra Sokrates, filsafat setapak demi setapak mencapai puncak perkembangannya melalui pemikiran ”trio filsuf besar” yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles di abad ke-3 SM yang secara rasional mempertanyakan segala yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat yang semula identik dengan mitologi sejak saat itu berubah menjadi ilmu pengetahuan yang meliputi segala macam ilmu menurut pengertian kita sekarang ini.
Sejarah filsafat Yunani Kuno berakhir di abad ke-6 M. Perkembangan selanjutnya, di abad pertengahan, diawali oleh filsafat Patristik dan dilanjutkan oleh filsafat Skolastik yang berlangsung hingga abad ke-14 menunjukkan bagaimana filsafat menjadi satu dan manunggal dengan agama (Kristiani). Pada abad pertengahan dikenal pula filsuf Arab seperti Alkindi, Al Farabi, Ibn Sina, Ibn Rosjd dan Al Gazali yang menterjemahkan karya Aristoteles dan membawanya ke Cordova untuk selanjutnya berkembang di dunia barat.
Didahului oleh gerakan Renaissance (abad ke-14 akhir) dan dilanjutkan oleh gerakan Aufklaerung (abad ke-18) filsafat barat memasuki tahap modern. Gerakan renaissance adalah gerakan yang didukung oleh satu cita-cita lahirnya manusia bebas. Sedangkan gerakan Aufklaerung adalah gerakan yang sangat mengagungkan kemampuan dan peranan akal. Gebrakan dari 2 gerakan ini memberikan implikasi mengembalikan otonomi manusia dan kebudayaannya di satu pihak dan mengarahkan kehidupan manusia menuju sekularisasi. Agama yang semula manunggal dengan filsafat, telah ditinggalkan oleh filsafat dan masing-masing otonom berdiri sendiri.
  
6.      a. Jelaskan bidang kajian filsafat ilmu? b. Bagaimana peran dan fungsi filsafat ilmu terhadap ilmu khusus, dan sebaliknya. Bagaimana pula hubungannya dengan bidang ilmu yang anda pelajari di prodi TEP?
Jawaban:
a. Bidang Kajian Filsafat Ilmu
Pemisahan ilmu-ilmu pengetahuan (cabang) dari filsafat ini diawali dengan kebangkitan ilmu-ilmu pengetahuan fisik dengan tokoh-tokohnya Copernicus, Vesalius, dan Isaac Newton. Metode yang digunakan oleh ilmu alam ini, merupakan metode yang digunakan juga dalam ilmu sosial yang muncul pada abad ke-18. Perkembangan ilmu sosial dengan gaya tersebut, mencapai bentuknya secara definitif dengan tampilnya Auguste Comte. Comte mengajarkan bahwa cara berfikir manusia akan mencapai tahap positif setelah melewati tahap teologis dan metafisik. Dari pengalaman ontologis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat perkembangan ilmu akan mencerminkan tingkat peradaban manusia atau proses perkembangan ilmu memanifestasikan proses perkembangan peradaban. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan pilar utama bangunan filsafat.
Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh  dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.
Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut  Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.
Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. ”Metatori adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 –an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma sosial.
Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial. Pembahasan; Berita infotainment dalam kajian filosofis. Kajian ini akan meneropong lingkup persoalan di dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah mengalami degradasi bias tertentu dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian berita infotainment di televisi.
b.  Peran dan Fungsi Ilmu Filsafat Terhadap Ilmu Khusus
Bidang pengetahuan yang ketiga setelah filsafat dan ilmu yang berkembang sejak zaman Yunani kuno ialah matematika. Oleh karena tergolong rumpun pengetahuan teoritis yang sama, sudah barang tentu matematika mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kedua bidang pengetahuan yang terdahulu itu. Matematika sejak dahulu menjadi pendorong bagi perkembangan filsafat. J.B. Burnet misalnya menyatakan bahwa perkembangan filsafat Yunani bergantung pada kemajuan penemuan ilmiah khususnya matematika lebih daripada sesuatu hal lainnya (B. Burnet, Greek philosophy, 1943).
Seorang ilmuwan astronomi terkenal yang berbicara tentang kaitan matematika dengan filsafat ialah Galileo. Ucapannya yang tekenal itu berbunyi demikian, “ filasafat ditulis dalam buku besar ini, jagad raya yang terus menerus terbentang terbuka bagi pengamatan kita. Tetapi, buku itu tidak dapat dimengerti jika seseorang tidak terlebih dahulu belajar memahami bahas dan membaca huruf-huruf yang dipakai untuk menyusunnya. Buku itu ditulis dalam bahasa matematika. Sejak permulaan hingga dewasa ini filsafat dan metematika terus menerus saling mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematika dan sebaliknya metematika juga memacu pertumbuhan filsafat. Perbincangan-perbincangan paradoks yang dikemukakan oleh filsuf Zeno misalnya telah mendorong lahirnya konsep-konsep matematika.
Sejak zaman kuno hingga abad XXI ini, filsafat dan matematika berkembang terus-menerus melalui pemikiran tokoh-tokoh yang sekaligus merupakan seorang filsuf juga ahli matematika seperti misalnya Descartes, Gottfried Wilhelm von Leibinz, Auguste Comte,  Whitehead dan Bertrand Russell. Kaitan erat antara matematika dengan ilmu-ilmu modern kiranya tidak perlu doipersoalkan lagi. Pada abad XVII metematik menjadi perintis dari bagian yang terpenting dari ilmu alam. Newton membongkar12 rahasia alam dengan mempergunakan matematika. Pada dewasa ini banyak ahli matematika dan ilmuwan alam menyatakan bahwa matematika adalah bahasa ilmu.
c. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Teknologi Pembelajaran
Hubungan filsafat dengan program study yang saya pelajari ialah bagaimana kita berfikir untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran tentang teknologi-teknologi yang telah ada maupun menciptakan teknologi terbaru dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran guna mempermudahkan siswa atau peserta didik dalam memahami, mengerti satu materi dalam belajar. dari pemaparan di atas di paparkan bahwa hubungan sangat erat. Karena dengan berfilsafat maka pola fikir seseorang makin berkembang dalam kemajuan untuk mempermudah dalam pembelajaran yang selama ini di anggap sukar oleh tenaga pendidik pada umumnya. Dengan berfilsafat dan mengembangkan ilmu teknologi pembelajaran ini di harapkan dapat menjawab permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya dan Kalimantan Barat pada Khususnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar